PENDAHULUAN
Cutaneus Larva Migran (CLM) adalah
penyakit infeksi kulit parasit yang sudah dikenal sejak tahun 1874. Awalnya
ditemukan pada daerah-daerah tropikal dan subtropikal beriklim hangat, saat ini
karena kemudahan transportasi keseluruh bagian dunia, penyakit ini tidak lagi
dikhususkan pada daerah-daerah tersebut. Creeping itch atau rasa gatal
yang menjalar, merupakan karakteristik utama dari CLM.
Pemeliharaan hewan kesayangan seperti
anjing dan kucing jika tidak diimbangi dengan pemahaman yang baik tentang
penyebaran penyakit dapat meningkatkan resiko penularan penyakit dari hewan ke
hewan lain atau ke manusia lain. Ditambah lagi dengan banyak nya hewan yang
hidup liar dan tidak mempunyai majikan, sehingga angka penularan penyakit akan
meningkat.
Invasi ini sering terjadi pada anak-anak
terutama yang sering berjalan tanpa alas kaki,atau yang sering berhubungan
dengan tanah atau pasir. Demikian pula para petani atau tentara sering mengalami
hal yang sama. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis atau
subtropis yang hangat dan lembab misalnya di Afrika, Amerika Selatan dan
Barat di Indonesia pun banyak dijumpai.
Faktor resiko utama bagi penyakit ini
adalah kontak dengan tanah lembab atau berpasir, yang telah terkontaminasi
dengan feces anjing atau kucing. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada
anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Pada orang dewasa, faktor resiko nya
adalah pada tukang kebun, petani, dan orang-orang dengan hobi atau aktivitas yang
berhubungan dengan tanah lembab dan berpasir. CLM dapat diterapi dengan
beberapa cara yang berbeda, yaitu: terapi sistemik (oral) atau terapi topikal.
Berdasarkan beberapa penelitian yang ada terapi sistemik merupakan terapi yang
terbaik karena tingkat keberhasilannya lebih baik daripada terapi topical.
ANATOMI
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan
luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16%
berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5-1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung
dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata,
penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal
terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang
berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal
dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis
atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan
luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng
bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis
berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan
dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari
lapisan yang paling atas sampai yang terdalam).
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit
yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum. Berupa garis translusen,
biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak
tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum. Ditandai oleh 3-5 lapis sel
polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula
basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein
kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas
filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang
peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek
abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan
stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum
Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab
dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap
28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor
lain. Merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis: Proteksi barier, organisasi sel, sintesis
vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit)
dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
2. Dermis
Merupakan
bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin”. Terdiri
atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan
jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
· Lapisan papiler: tipis mengandung jaringan ikat jarang.
· Lapisan retikuler: tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
· Lapisan papiler: tipis mengandung jaringan ikat jarang.
· Lapisan retikuler: tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa
kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus
meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5
kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan
dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi
kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh
darah. Dermis juga mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak
tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi
Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai
nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.
Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau
hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat
yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan
ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis atau hipodermis: melekat ke
struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan
mechanical shock absorber.
DEFINISI
Creeping
eruption adalah
kelainan kulit khas berupa garis lurus atau berkelok-kelok, progresif, akibat
larva yang kesasar. Sedangkan creeping eruption, istilah ini digunakan
pada kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau
berkelok-kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invansi larva cacing
tambang yang berasal dari anjing dan kucing. Cutaneous larva migrans dapat
juga disebut creeping eruption, dermatosis linearis migrans, sandworm
disease (di Amerika Selatan larva sering ditemukan ditanah pasir atau di
pantai), atau strongyloidiasis (creeping eruption pada punggung).
Penyebabnya
adalah cacing tambang yang biasa hidup di dalam tubuh kucing atau anjing, yaitu
ancylostoma braziliensis dan ancylostoma caninum. Telur cacing
masuk ke tubuh manusia melalui kontak kulit dengan telur yang berada di kotoran
anjing atau kucing.
Etiologi
umum dan di mana parasit dari kulit larva migrans (CLM) yang paling sering
ditemukan adalah sebagai berikut:
a.
braziliense Ancylostoma (cacing tambang dan domestik anjing liar dan kucing)
adalah penyebab paling umum. Hal ini dapat ditemukan di Amerika Serikat tengah
dan selatan, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Karibia.
b.
Ancylostoma caninum (cacing tambang anjing) ditemukan di Australia.
c.
Uncinaria stenocephala (cacing tambang anjing) ditemukan di Eropa.
d.
Bunostomum phlebotomum (ternak cacing tambang)
PATOGENESIS
PATOGENESIS
Penyebab
utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang anjing dan kucing,
yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Selain itu
dapat pula disebabkan oleh larva dari beberapa jenis lalat, seperti Castrophillus
(the horse bot fly) dan cattle fly. Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga
siklus hidup. Nematoda hidup pada hospes (anjing, kucing atau babi), ovum
terdapat pada kotoran binatang dan karena kelembapan berubah menjadi larva yang
mempu mengadakan penetrasi kekulit.
Larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan
tanpa tujuan sepanjang dermoepidermal, setelah beberapa jam atau hari, akan
timbul gejala di kulit. Reaksi yang timbul pada kulit, bukan diakibatkan oleh
parasit, tetapi disebabkan oleh reaksi inflammasi dan alergi oleh sistem immun
terhadap larva dan produknya. Pada hewan, Larva ini mampu menembus dermis dan melengkapi
siklus hidupnya dengan berkembang biak di organ dalam.
Sedangkan pada manusia, larva memasuki
kulit melalui folikel, fissura atau menembus kulit utuh menggunakan enzim
protease, tapi infeksi nya hanya terbatas pada epidermis karena tidak memiliki
enzym collagenase yang dibutuhkan untuk penetrasi kebagian kulit yang lebih dalam.
GEJALA KLINIS
Masuknya larva ke kulit biasanya
disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula, pada point of entry, akan timbul
papul, kemudian diikuti oleh bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau
berkelok-kelok (snakelike appearance bentuk seperti ular) yang terasa
sangat gatal, menimbul dengan lebar 2-3 mm, panjang 3-4 cm dari point of entry,
dan berwarna kemerahan.
Adanya
lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan larva tersebut telah berada dikulit
selama beberapa jam atau hari. Rasa gatal dapat timbul paling cepat 30 menit
setelah infeksi, meskipun pernah dilaporkan late onset dari CLM. Perkembangan
selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok- kelok,
polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan (burrow),
mencapai panjang beberapa sentimeter dan bertambah panjang beberapa milimeter
atau beberapa sentimeter setiap harinya. Umumnya pasien hanya memiliki satu
atau tiga lintasan dengan panjang 2-5 cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada
malam hari, sehingga pasien sulit tidur.
Rasa
gatal ini juga dapat berlanjut, meskipun larva telah mati. Terowongan yang
sudah lama, akan mengering dan menjadi krusta, dan bila pasien sering
menggaruk, dapat menimbulkan iritasi yang rentan terhadap infeksi sekunder.
Larva nematoda dapat ditemukan terperangkap dalam kanal folikular, stratum
korneum atau dermis.
Tempat
predileksi adalah di tempat-tempat yang kontak langsung dengan tanah, baik saat
beraktivitas, duduk, ataupun berbaring, seperti di tungkai, plantar, tangan,
anus, bokong dan paha juga di bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak
dengan tempat larva berada.
PATOFISIOLOGI
Telur
parasit dalam kotoran binatang yang terinfeksi cacing tambang ( anjing dan kucing)
dilepaskan ke tanah, lumpur dan pasir hingga menjadi larva. Manusia mendapatkan
infeksi apabila larva infektif dari tanah menembus kulit. Biasanya larva ini
merupakan stadium tiga siklus hidupnya. Pada Manusia, bila tanah, lumpur dan
pasir yang terkontaminasi kotoran tadi kontak dengan kulit, larva akan
berpenetrasi kekulit manusia dan memulai migrasinya pada epidermis bagian bawah
melalui folikel rambut atau kulit yang terluka. Larva ini tidak dapat
mengadakan penetrasi ke dermis manusia, maka tidak dapat terjadi siklus hidup
yang normal. Manusia merupakan hospes yang tidak tepat bagi larva tersebut,
sehingga larva akhirnya akan mati. Masa inkubasi dapat terjadi beberapa hari
dan penyakit ini dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan bila
tidak diobati.
Pada
binatang, larva dapat berpenetrasi lebih dalam sampai lapisan dermis serta
menginfeksi darah dan jaringan limpha. Cacing tambang yang sampai lumen usus akan
bereproduksi menghasilkan lebih banyak telur lalu dieksresikan melalui feces
dan mulailah siklus baru.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas
gambaran klinis dengan ditemukannya lesi yang khas, yakni terdapatnya kelainan
seperti benang yang lurus atau berkelok-kelok, menimbul dan terdapat papul atau
vesikel diatasnya. Biopsi kurang mempunyai arti karena larva sulit ditemukan.
Penyakit ini akan sembuh sendiri (self limited), sekitar 50% larva mati dalam
12 minggu walaupun tanpa terapi.
DIAGNOSIS
DIFFERENTIAL
Dengan melihat adanya terowongan harus
dibedakan dengan skabies, pada skabies terowongan yang terbentuk tidak akan
sepanjang seperti pada penyakit ini. Bila melihat bentuk yang polisiklik sering
dikacaukan dengan dermatofitosis. Pada permulaan lesi berupa papul, sering
diduga insect bite.
Dengan
melihat adanya terowongan harus di bedakan dengan scabies,pada scabies
terowongan yang terbentuk tidak sepanjang penyakit ini.bila melihat bentuk yang
polisiklik sering di kacaukan dengan dermatofitosis.pada permulaan lesi berupa
papul,karena itu sering di duga insects bite.bila infasi larva yang mutipel
timbul serempak,papul-papul lesi dini sering menyerupai herpes zoster stadium
permulaan.
PENATALAKSANAAN
Cutaneous larva migrans ini adalah penyakit yang dapat
sembuh sendiri. Berapa lama penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya tergantung
spesies larva yang menginfeksi. Pada beberapa kasus, lesi akan sembuh tanpa
terapi dalam 4 sampai 8 minggu. Tetapi, terapi yang efektif dapat mempercepat
penyembuhan penyakit ini. Adapun terapi yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut :
a.
Medikamentosa
1)
Pengobatan sistemik ( oral )
Obat oral
tiabendazol digunakan dengan dosis 25-50 mg/kgBB dua kali sehari selama 2-4
hari dengan dosis maksimal 2-4 gram sehari. Terapi ini diberikan jika lesi luas
dan terapi topikal tidak berhasil Efek samping berupa pusing, kram, mual dan
muntah. Juga dapat digunakan albendazol 400 mg per oral, dosis tunggal selama 2
hari berturut-turut Gatal dapat hilang dalam 24-48 jam estela terapi dimulai
dan dalam seminggu sebagian lesi atau terowongan dapat diresolusi.
2)
Pengobatan topikal
Obat pilihan
berupa tiobendazol topikal 10%, diaplikasi 4 kali sehari selama satu
minggu.Topikal thiabendazole adalah pilihan terapi pada lesi yang awal, untuk melokalisir
lesi., menurangi lesi multiple dan infeksi folikel oleh cacing tambang. Obat
ini perlu diaplikasikan di sepanjang lesi dan pada kulit normal di sekitar
lesi. Dapat juga digunakan solutio tiobendazol 2% dalam DMSO (dimetil
sulfoksida) atau tiobendazol topikal ditambah kortikosteroid topikal yang
digunakan secara oklusi dalam 24-48 jam.
3)Cryotheraph
Terapi
lama, yaitu pembekuan lesi, menggunkan etil klorida atau dry ice. Terapi ini efektif bila epidermis
terkelupas bersama parasit. Seluruh terowongan harus dibekukan karena parasit diperkirakan berada dalam teroongan.
Cara ini bersifat traumatik dan
hasilnya kurang dapat dipercaya.
Berikut tabel
beberapa obat antihelmintes yang bisa digunakan.
·
Non Medikamentosa
Dapat dicegah dengan meningkatkan
sistem sanitasi yang baik terutama yang terkait dengan feses . Pemakaian sepatu
pada area dimana banyak terdapat penyakit cacing tambang. Memperhatikan
kebersihan dan menghindari kontak yang terlalu banyak dengan hewan-hewan yang
merupakan karier cacing tambang.
1 komentar:
Terima kasih.... Artikel yg sangat berguna...
Posting Komentar